Pagi
hari yang cerah aku tatap dengan lembut dan ku sambut dengan senyum kecil penuh
makna. Di temani ibu ku aku menatap mentari dan selalu bertanya Tanya. Aku
bingung yang dilakukan semua orang untuk mengisi sisa hidup yang di miliki.
sampai aku dewasa ini aku juga belum mengetahui apa arti hidup ku. Aku mencoba
mencari cari arti hidupku dan jati diriku. Berinteraksi sosial, saling
mengenal, aku lebih mengetahui arti hidupku. Aku tinggal hanya dengan ibuku
saja. selama 11 tahun aku tinggal dengan ayah dan ibuku. Kami merupakan
keluarga yang rukun, tapi seatu ketika keluarga kami di timpa musibah karena
kecerobohan ayahku.
Pertama di mulai sejak aku kels 6
SD. Ayahku termasuk orang yang glamor suka berlebihan dan menghabur hamburkan
uang. Memang kami hidup serba cukup. Uang sesalu mengalir bahkan sehari kami
bisa menghabiskan 1 juta hanya untuk makanan dan pakaian. Aku sadar perbuatan
ayahku ini kurang bik di sector ekonomi, aku sadar itu semua untuk ku untuk kebahagiaanku
dalam materi. Tetapi aku hanya berdiam memandang dan menerimanya. Sampai suatu
ketika di perusahaan rental mobil ayahku mengalami kebangkrutan, keluarga kami
di ambai ketakutan, kami diselimuti kesedihan. Tak lama kemudian ayahku hutang
ke bank sebesar 1 milyar, dia menggambil resiko besar hanya untuk kehidupan
keluarga.
Setelah 3 bulan berjalan ternyata
ayahku tak bisa melunasi hutangnya. Dia kehilangan banyak harta hanya karena
kesepeleaan memilih karyawan. Di rumah sederhana tapi tergolong mewah aku menatapi
banyak barang yang sudah di ambil alih bank, bahkan rumah, mobil, sepeda bahkan
samapai lemaripun sudah di jabel bank. Ibuku dan ayahku memikirkan semuanya
samapai ketemu jalan keluar, kami harus melarikan diri sejauh jauhnya dari kota
Surabaya.
Tepat pukul 10 malam aku dibangunkan
ibuku dan ayahku. Perjalanan menuju suatu daerah perkebunan teh dingin sekali
aku di dekap erat ibu. Di sepanjang perjalalan keluarga kami hanya berdiam
tanpa sepatah kata. Sampai tibapun ibu dan ayah tidak berbicara hanya pada saat
aku akan di tinggalkan ayahku, Ia berkata “jadi seorang perempuan yang berguna
di Negara, ayah yakin apabila aku berguna di Negara pasti kamu juga berguna di
keluarga”, Aku hanya mengangguk tak menjawab dengan kata dengan wajah
ketakutan. Sampai akhirnya aku ditinggalkan ayahku.
Ini hidup baruku di rumah sederhana,
hanya apa adanya, detemani seorang ibu yang tegar dalam membimbingku. 6 tahun
berlalu. Kehidupan baru mmebuakan hasil ketika aku lulus SMA dengan nilai
sangat sangat memuaskan. Ibu senang, ayah pasti juga senang jika mengetahui
itu. Aku seorang gadis kuper akan mewujudkan cita citaku menjukan kepada dunia
sebesar mana kemampuanku. Aku terus berlatih untuk menjadi yang terbaik di
hidupku.
Aku sudah tumbuh dewasa menjadi
seorang yang baik, hidup sederhana, dan
jujur. Sekarang aku akan pergi ke bangku kuliah betapa senangnya hatiku menjadi
seorang mahasiswa. Hari hari kulewati tiap pagi selalu menyambut mentari.
Itulah semangatku ingin secerah mentari. Beberapa hari aku menunggu pengunguman
dari universitas walau sedikit takut tapi semanagt ku tak surut dalam penantian.
aku membantu ibu untuk berjualaan nasi pecel di desa sebelah. Bisa di bilang
lumayan laris. Setiap hari aku menatapi anak anak kecil, remaja, hingga dewasa
hanya menganntungkan sebuah harapan dari ladang perkebunan, bahkan ladang itu
bukan miliknya.
Dalam hati aku menjerit dalam hati
ku aku menangis. Tapi aku menujukan senyum kecil untuk anak anak desa. Di sana
hanya ada SD itu pun tak layak di pakai. SMP dan SMA tak ada. Sewaktu aku SMP dan
SMA ibu selalu bekerja keras untuk membayar ojek yang kunaiki. Aku sangat
sayang ibuku dia rela berkorban demi aku, aku juga sayang ayah . yang sekarang entah kemana perginya bak hilang di
telan bumi bahkan hilang taka ada di bumi.
Hari ini mendung, air hujan akan
turun membasahi dagangan ibuku. Segera aku memasukan bahan bahan dagangan ke
tempat yang lebih aman. Kami pulang berjalan kaki sejauh 1 km. kami bercanda
gurau tertawa melihat sana sini untuk menghibur diri. Di tengah perjalalan kami
berhenti sejenak ibu mengambil air minum dan menawarkannya kepada ku, dia
berkorban tidak minum seteguk air hanya demi aku. Merasa kasian kepadaku lalu
sontak menolaknya “aku tau, ibu haus minum saja bu. Aku ini anak yang tegar bu
aku ini seorang yang kuat. Apa aku bisa hidup jika aku tidak kuat bu.! ” Itu
yang aku katakana kepada ibuku. “Ndok kamu itu emang kuat kamu bisa hidup ibu
percaya sama kamu ndok”. Ibu berkata dengan nada yang sangat lembut dengan
senyum kecil di tambah air mata yang turun.
Keesokan hari aku mendapat kabar
gembira, di terima di universitas yang aku dambakan sontak aku sujud syukur
kepada sang maha kuasa membasuh kaki mungil ibuku dan berkata “ saya bisa bu,
saya akan berguna bu, saya tunjukan kepada dunia, ayah akan melihat saya akan
kuwujudkan cita cita yang dikatakan ayahku”. Ibu hanya tersenyum ibu hanya
mengelus ngelus kepalaku ia percaya bahwa aku akan bisa melakukannya.
Hari ini aku pergi kuliah memakai
baju rapi, berdandan selayaknya seorang mahasiswi. Seperti biasa aku berangakat
naik ojek, melihat anak pergi ke sokolah sambil menyapaku. Hati ku bergetar
ketika aku melihat anak anak itu kembali. Setibanya aku di kuliah melihat sana
sini berinteraksi bergabung dengan teman sampai akhirnya aku menemukan seorang
sahabat yang bernama rudy. Kami hampir setiap hari bersama . aku seorang tipe
anak yang pendiam, lugu kurang pergaulan hanya mengetahui suasana desa. Rudy
orang yang baik, cerewet, selalu trend selalu PD di hadapan publik. Aku akan
belajar mempunyai sifat seperti rudy.
Sampai ketika aku mempunyai sifat PD
di hadapan publik. 4 tahun yang ku nanti aku lulus dari universitas aku
mendapat gelar sarjana. Hatiku bangga, begitu pula dengan ibuku. Aku tak sia
sia aku akan berguna. Sehari setelah aku lulus aku pergi ke SD kampong sebelah
aku mendaftarkan diri menjadi guru di sana. Berjalan di dampingi seorang
sahabat tak terasa begitu lelah, setiba di sana aku berbicara kepada bapak
kepala sekolah. Rudy menungguku di luar ruangan. Dia cemas dia takut jika aku
akan kecewa. Setelah aku berbincang bincang ternyata aku tak di terima di sana
harapan ku gugur hatiku sakit sontak aku menetas air mata berlinang di pipiku.
Ternyata sekolahan itu akan berkhir sudah perjalannya. Aku terkejut
mendengarnya “apa guna pendidikan di Indonesia ? apa guna lembaga pendidikan
nasional ? apabila anak desa pun tidak bersekolah” hanya kata kata itu yang
lontarkan kepada bapak kepala sekolah. Aku berusaha meyakinkan kepala sekolah
agar dapat menerimaku menjadi guru SD di sana tanpa di bayar aku akan membangun
generasi yang berguna tidak menggantungkan nasib di lading perkebunan.
Setengah jam aku berbicara dengan
bapak kepala sekolah, sampai sampai rudy ketiduran. Aku tau rudy terlalu capek
sehabis pulang dari kantor walikota. kerjanya begitu berat rudy yang berbadan
besar tinggi bisa ketiduran karena pekerjaan. Aku biarkan dia tertidur pulas.
Sambil menunggu rudy terbangun aku mengenalkan diri kepada anak anak SD yang
selalu menyapaku setiap pagi. Serentak mereka berteriak kegirangan. Aku tertawa
lebar sekali walau sebenarnya aku menangis melihat pendidikan yang tak layak di
sini. Berkenalan diiringi permainan dan nyanyian suasana menyenangkan di
hidupku sampai akhirnya rudy bocah terbangun, dengan terpaksa kami pulang
karena rudy akan pergi ke kantor walikota kembali.
Malam sepi sunyi di pedesaan. ibu
bertanya kepadaku tentang pekerjaanku, aku bercerita panjang kepada ibuku
sontak ibu ku berteriak menolak yang ku rencanakan “ibu ingin kamu dapat hidup
layak, ibu ingin kamu hidup selayaknya seorang sarjana di luar sana”. Aku hanya
diam melihat mata ibu ku dalam kesedihan aku sadar ibu melihat ku seperti orang
bodoh. Tapi aku yakin itu semua akan dapat bermanfaat. Aku mencoba meyakinkan
ibuku berbicara kepadanya dengan nada sedikit memelas menjelaskan apa arti
hidup tanpa pendidikan. Ibu memelukku, ibu menerima semua yang ku katakanan, ia
percaya . aku segera menuju tempat tidur untuk persiapan keesokan harinya.
Mentari bersinar aku mulai hidup menjadi
seorang guru tanpa jasa. Tak mengharapkan jasa hanya berharap dapat memberi
yang terbaik kepada anak Indonesia. itulah bentuk pengabdianku kepada Negara.
Hari ini aku berguna bagi Negara pasti kelak aku juga berguna bagi
keluarga. Datang ke sekolah berseragam
layaknya guru begitu terlihat menabjukan. Hari hari kulewati mengajr anak anak
desa dengan telaten begitu indah di rasakan.
Aku mendapat kabar dari sahabatku
rudy setelah lama kami tidak berkomunikasi dia mengirim surat kepadaku, dia
mengabarkan akan ada lomba lomba tingkat kota di sana. Inilah peluangku untuk
memajukan sekolah dasar yang aku bimbing yang aku bangun dengan semangat hidup.
Di surat ini rudy berkata ada banyak lomba. di antanya aku sangat tertarik
dengan lomba MIPA, drama, paduan suara. Langsung aku balas surat rudy tanpa
berfikir tanpa meminta pendapat kepada bapak kepala sekolah untuk mendaftarkan
sekolah kami mengikuti lomaba MIPA, drama, dan paduan suara.
Bel pulang sekolah berbunyi teng
teng teng sontak anak anak bingung mempersiapkan dirinya. Aku berkata bahwa
siswa siswa di sekolah ini akan mengkuti lomba berdasarkan kemampuannya.
masalah keuangan akan di tanggung dengan sahabatku rudy. Serentak mereka
kegirangan berteriak “hoorrreee saya saya saya” sekali lagi aku menjelaskan “semuanya
akan ikut pilih bidang yang kamu sukai. Banyak di antaranya memilih lomba
drama, sebagian di bidang paduan suara dan MIPA. “
Mentari terbenam sedikit gelap aku
berjalan sendiri. Membayangkan semuanya akan berjalan dengan lancer baik dan
sempurna. Ternyata aku di susul ibuku aku berlari menghampirinya dengan senyum
lebar manis melambaikan tangan. Bercerita sepanjang perjalannan dengan nada
semnagat 45 ibu mendengarkan sepenuh hati mendukung program programku. Ibu
bangga kepadaku aku dapat membahagiakan keluarga aku dapat berguna bagi
keluarga dan Negara.
Pagi selalu pagi entah sore atau pun
malam tetap pagi selalu ada matahari terbit. Berangkat mengajar anak berlatih
dalam semua bidang menyenangkan. aku menjelaskan satu satu yang perlu di
benahi. Bapak kepala seolahpun ikut membantuku bahakan si rudy datang ke SD
dengan senang hati membantu mempersiapkan semuanya dengan baik. Saat ini H-3
kami menuju loba tingkat kota. Semuanya sudah di siapkan sebanyak 20 siswa
sudah berkobar kobar semangatnya. “Kita akan berperang anak anak, ibu yakin
kalian menang, kalian akan berguna. Tapi apa bila kalian tak mendapat juara
jangan patah semangat semuanya butuh proses, ibu yakin kalian semua pasti
bisa”. Sepulang sekolah rudy mengantarku
pulang menaiki mobil pick up serasa begitu nyaman tanpa jalan kaki. Di rumah di
sambut hangat ibuku. Ternyata hari ini bertepan rudy berulang tahun kebetulan
sekali ada rudy di sisiku langsung aku mengucapkan sepatah kata “selamat ulang
tahun rud” dengan lianangan air mata keharuan sudah 5 tahun kami berkenalan .
“iya makasih, sudah malam aku pulang “
ujar rudy .
H-3 sudah berlalu tepat hari ini
anak SD bernagkat menaiki mobil pick up rudy. Berpamitan kepada ibuku meminta
doa restu untuk mewujudkan cita citaku . ibu memeluk erat tubuh ku meyakinkanku
untuk selalu bersemangat. Tiba juga di tempat gedung walikota banyak anak anak
SD di sana tapi aku sudah belajar sifat PD dari rudy. Tak patah semanagt tambah
lebih semnagt lagi. Semuanya sudah masuk di dalam ruangan yang telah di
kelompokan menurut bidang yang di pilihnya. Aku mendampingi anak anak yang
bermain drama sedangkan rudy dan bapak kepala sekolah mendampingi paduan suara.
Menunggu selama 2 jam melihat semua anak pentas di atas panggung aku terkagum
kagum melihat semunya smapai akhirnya tiba juga penantianku anak anak yang ku
bimbing naik di atas panggung memainkan drama yang berjudul “pangeran kebun
teh” aku terkagum kagaum di buatnya mereka yang terbaik di mataku mereka
bersenangat melebihiku. Suara oplosan terdengar nyaring keras sekali dari sang
juri dan penonton lainya. Di sini kami sportif menjadi seorang peserta lomba.
Datanglah waktu yang kunanti
akhirnya juri mengungumkan hasil seluaruh lomba di segala bidang. Aku di ambai
ketakutan tanganku bergetar kakiku dingin wajah ku juga pucat begitu pula
dengan kepala sekolah dan rudy yang selalu mendukungku. Perjuangan kamu tak sia
sia kami mendapat juar 1 drama tingkat kota juara 1 MIPA dan juara 3 paduan
suara . aku bersujud syukur begitu pula dengan rudy dan kepala sekolah anak
anak bimbingku dapat menunjukan kepada orang lain bahwa anak desa tak kalah
pintar dengan anak kota. Aku bertemu dengan bapak walikota aku di beri ucapan
selamat sontak air mata becucuran di hadapan walikota . semuanya terbayar tak
terbuang dengan sia sia. Aku dapat melakukannya . kami pulang membawa piagam
piala dan uang bimbingan. uang itu akan di pergunakan untuk pembangunan sekolah
yang lebih memadai. Kami mengadakan syukuran.
Hari minggu libur dalam mengajar ibu
mengucap selamat kepada ku yang baru saja bagun dari tempat tidur. Aku memeluk
ibu menciumnya menangis haru. Aku dapat mewujudkan cita citaku dan cita cita
ayahku . pasti ayah juga akan sengang jika mendengarkannya. Tak lama kemudian
ada suara ketukan pintu aku membukanya ternyata yang datang adalah tukang pos
mengantarkan surat dari walikota bahwa aku akan di angkat menjadi pegawai
negeri mendapat bantuan dalam membangun sekolah dan aku mendapat gelar guru
terbaik dan gelar dalam pengabdian. Kisah kisah ini semua membutuhkan proses
dalam menuju sebuah kebahagiaan.
Karunia rahma arifin J